Bismillahirrahmanirrahiim...
Ya Allah, besar harapan saya besok semuanya berjalan dengan lancar. Ini kali pertama saya melakukan perjalanan udara sendiri tanpa tiga teman saya yang lain. Dari awal, kita berangkat selalu bersama-sama. Janji pun pernah terucap bahwa itu akan selalu begitu. Namun waktu berkata lain, belum genap setahun kami menjalani kehidupan sebagai mahasiswa ,yang merantau dari ranah minang untuk menuntut ilmu dan menimba pengalaman, janji-janji itu pun berangsur-angsur pudar, hilang melayang bersamaan dengan aktifitas kuliah dari masing-masing kami yang memang berbeda satu sama lainnya.
Saya sedih dengan kondisi pertemanan ‘selayang pandang’ ini. padahal tiga tahun kebersamaan dalam satu ruangan kelas pernah kita jalani bersama. Bahkan dengan salah satu di antara teman bertiga saya itu telah lebih dari satu dekade.
Dari sekolah dasar saya terus ditakdir kan untuk satu sekolahan dengan dia, 11 tahun dari 12 tahun masa studi yang telah berlalu pun kita lewatkan dalam satu ruangan yang sama. Saya adalah temannya, dan besar pula harap saya bahwa nantinya kami bisa menjadi sahabat. Tapi lamanya waktu yang telah kami jalani bersama tidak menjanjikan perubahan status dari teman menjadi sahabat itu. Malah akhir-akhir ini, pertemanan itu pun mulai bias. Sudah lama kami tidak menjalin komunikasi, baik via sms-an, telfon-an, ataupun chatting dan nulis di wall FB. Tidak pernah sama sekali sejak empat bulan terakhir. Dulunya kita pernah berjanji akan saling sms-an satu kali dalam seminggu. Tapi pada kenyataannya, janji itu terbang bersama desahan angin yang kencang dari barat sana.
Saya pun sempat bertanya pada diri saya sendiri. Apa sebenarnya yang terjadi di antara kami? Dulu di zaman SMA mungkin saya memaklumi bahwa kami berteman sekaligus menjadi rival satu sama lain dalam memperebutkan posisi terbaik ataupun nilai terbagus di kelas. Tapi apakah sekarang itu masih berlaku? Kita sudah dipisahkan oleh takdir yang berbeda, dia bahkan ditakdirkan pada studi yang lebih baik –menurut pandangan kebanyakan orang, tidak seperti ku-walaupun aku dengan sangat sadar bahwa studi yang tengah aku jalani sekarang ini adalah yang terbaik untukku. Apa yang membuat kita jauh?
Apa karena selama ini pertemanan yang kita jalani tidak karena Allah swt.? jika itu memang benar saya tidak tahu akan sampai kapan kita seperti ini-saling berjauhan? Yang cukup saya sesalkan, di luar sana, banyak orang yang mengganggap pertemanan kita ini tidak seperti pertemanan biasa, melebihi persahabatan. Karena dari kecil kita terlihat selalu bergandengan bersama kemana pun.
Di luar anggapan orang lain di luar kita, aku tetap berharap dapat mulai menjalin pertemanan, persahabatan dan persaudaraan dengan mu karena Allah swt. aku hanya takut jika kau masih menganggap aku sainganmu. Padahal itu jelas tidak.