suara ujung pena

Kamis, 29 Juli 2010

Your Self

Hari ini saya melihat tidak banyak orang mengenali hal terkecil yang melekat pada diri pribadinya sejak lahir. Seperti misalnya, karakter, Hobby, cita-cita, idola, bahkan motto hidup. Ini merupakan serentetan hal-hal kecil yang dapat menjadikan seseorang ‘besar’ ketika dia mampu untuk tahu, mengerti dan memahami setiap kata kunci di atas.

Lima penggal kata di atas, memang terlihat sangat sederhana bagi sebahagian orang. Namun tidak untuk sebahagian lain yang saya temukan hari ini. banyak mereka ___orang-orang yang saya temui hari ini____sangat sulit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengaju pada kelima kata di atas. Berikut sederetan pertanyaannya;

§ Bagaimana karaker Anda?

§ Apa hobby Anda?

§ Siapa idola Anda?

§ Apa cita-cita Anda?

§ Dan apa motto hidup Anda?

Sungguh merupakan sederetan pertanyaan yang sederhana. Tapi kenapa mereka menggaruk kepala ketika menemui pertanyaan ini? bahkan ada pula yang meninggalkan space untuk jawaban pertanyaan ini dan kemudian beralih ke pertanyaan berikutnya, mengapa? Mirisnya lagi, ada yang menanyakan pertanyaan itu kepada saya untuk menjadi jawaban bagi mereka, saya bertanya lagi, Mengapa?

Apakah pertanyaan di atas sulit? Tentu tidak bukan. Atau apakah jawaban pertanyaan tersebut terlalu bersifat privasi dan tidak boleh di konsumsi publik? Takut ntar klo di ketahui publik di ketawain, di puji, di hina dan kawan-kawan nya yang sebangsa? Saya rasa tidak. Apa yang salah dengan pertanyaan-pertanyaan di atas sehingga mungkin Anda berpendapat bahwa untuk menjawabnya butuh waktu yang cukup lama. Bukankan kelima pertanyaan itu mengenai Anda? Siapa Anda dan Bagaimana Anda, dapat terlihat dari jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut? Mungkin Memang Anda susah menjawabnya Karena Anda tidak mengenal diri Anda sendiri, tidak mengetahui bagaimana Anda selama ini, dan tidak terlalu memusingkan untuk menjadi seperti apa Anda nantinya.

Sungguh ironis, ketika Anda tidak mengenal diri Anda sendiri, bahkan untuk berusaha mengenal pun tidak. Tahukah Anda bahwa itu kegagalan pertama Anda hidup sebagai manusia? Seharusnya Anda tahu mengenai itu.

Menyimak pertanyaan pertama, Apa karakter Anda? Ini merupakan pertanyaan pamungkas yang biasanya muncul di berbagai sesi wawancara, baik untuk menerima beasiswa ataupun untuk melamar pekerjaan. Tahukah Anda kenapa? Karena dengan mampu menjawab pertanyaan ini Anda secara tidak langsung telah mampu menorehkan prestasi pertama Anda hidup sebagai manusia. Anda mengenal diri Anda, yang termasuk di dalamnya sikap, perilaku, pola pikir, dan cara pandang Anda baik terhadap diri Anda sendiri maupun terhadap orang lain dan lingkungan. Kekaguman orang pertama kali akan bermulai dari sini, ketika Anda dengan lantang menyebutkan bahwa Anda adalah seorang .................... Anda mampu mengucapkan hal tersebut karena Anda adalah orang yang jeli dan cermat terhadap hidup dan kehidupan Anda. Anda menemukan ‘karakter’ itu di dalam pergaulan Anda dengan orang-orang terdekat ataupun lingkungan yang jauh dari Anda. Anda hebat jika Anda mampu berperilaku seperti ini. Karena sesungguhnya Karakter yang telah mendekat dan melekat pada diri Anda mampu membimbing Anda menuju pencapaian-pencapaian yang mencegangkan di masa depan. Jadi mulai dari sekarang mulai lah untuk menyatakan dengan tegas bahwa ‘karakter saya adalah........’. Itu sungguh akan mampu menghantarkan Anda kepada kemandirian hidup yang lebih tinggi.Yakinlah akan hal itu!

Rabu, 28 Juli 2010

Fantastic Four




Inilah Bahaya Di Balik Sunat Perempuan

JAKARTA, KOMPAS.com — Berbeda dengan sunat atau khitan pada laki-laki yang jelas mendatangkan manfaat, antara lain mencegah terjadinya infeksi dan kanker, khitan perempuan sama sekali tidak memiliki manfaat kesehatan; yang ada justru membahayakan dan dapat berisiko kematian.

"Khitan bagi perempuan tidak ada manfaatnya sama sekali. Karena itu, fakultas kedokteran tidak ada yang mengajarkan khitan untuk wanita. Kecil atau tidaknya tindakan yang dilakukan, karena berada dalam area sensitif wanita, dinilai sangat berbahaya. Mulai dari pembedahan sampai anastesi, yang paling parah dari khitan bisa menimbulkan kematian," kata dr Artha Budi Susila Duarsa, M. Kes dari Lembaga Studi Kependudukan dan Gender Universitas YARSI di sela peluncuran Buku Khitan Perempuan: Dari Sudut Pandang Sosial, Budaya,Kesehatan, dan Agama, Selasa (27/7/10), di Jakarta.

Khitan perempuan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO terbagi atas empat. Tipe 1, yaitu memotong seluruh bagian klitoris (bagian mirip penis pada tubuh pria). Tipe 2, memotong sebagian klitoris. Tipe 3, menjahit atau menyempitkan mulut vagina (infibulasi) dan, tipe 4, menindik, menggores jaringan sekitar lubang vagina, atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina agar terjadi perdarahan dengan tujuan memperkencang atau mempersempit vagina.

Meskipun pemberlakuan khitan perempuan di Indonesia hanya pada batas tipe 4, menurut dr Artha, pemotongan klitoris sendiri tidak boleh terjadi.

"Karena klitoris memainkan peran penting dalam meningkatkan kenikmatan seksual seorang perempuan. Selain itu, melalui klitoris dapat terjadi ekskresi kelenjar di sekitar vagina," kata dr Artha.

Tidak mengubah bentuk klitoris dinilai dr Artha sangat penting karena letak klitoris yang dikelilingi oleh saraf menyebabkannya menjadi sangat peka secara seksual.

"Menghilangkan klitoris akan menurunkan kepekaan perempuan terhadap rangsangan seksual. Klitoris juga berefek pada lubrikasi vagina. Semakin banyak lubrikasi pada vagina, perempuan akan semakin siap ketika penis dimasukkan. Jika tidak ada klitoris, vagina akan kering dan masuknya penis akan menyebabkan rasa sakit pada vagina sehingga timbul ketakutan pada perempuan untuk melakukan hubungan badan berikutnya," kata dr Artha.

Hal yang sama juga terjadi apabila melakukan infibulasi. Labia minora (kulit luar) juga dipenuhi dengan saraf yang membuat bagian ini sensitif terhadap rangsangan seksual. Seperti klitoris, memotong labia minora juga akan membuat perempuan kurang peka terhadap stimulasi seksual.

"Semuanya ini menyulitkan perempuan untuk mencapai orgasme. Menjahit mulut vagina akan menghambat masuknya penis. Rasa sakit yang dialami perempuan akan mengerikan dan jika penis berhasil melakukan penetrasi, akan menyebabkan pendarahan," kata dr Artha.

Tingginya resiko kematian pada khitan perempuan membuat Pemerintah Indonesia secara tegas melarang khitan bagi perempuan karena melanggar UU Kekerasan terhadap Perempuan.

Peraturan serupa juga diberlakukan parlemen Mesir yang mengesahkan UU tentang pelarangan khitan perempuan. Bagi yang melanggar akan dikenai denda 185 sampai 900 dollar AS dan kurungan penjara antara 3 bulan dan 2 tahun. Namun, di Asia, praktik khitan sendiri hingga saat ini masih dilakukan di Pakistan, India, Banglades, dan Malaysia.

Dampak jangka pendek khitan pada perempuan:

1. Perdarahan yang mengakibatkan syok atau kematian

2. Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis

3. Tetanus yang menyebabkan kematian

4. Gangrene yang dapat menyebabkan kematian

5. Sakit kepala yang luar biasa mengakibatkan syok

6. Retensi urin karena pembengkakan dan sumbatan pada urethra.

Dampak jangka panjang adalah :

1. Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks

2. Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi

3. Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks)

4. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam vagina), hematometra (akumulasi darh haid dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba)

5. Infeksi saluran kemih kronis

6. Inkontinensi urin (tidak dapat menahan kencing)

7. Bisa terjadi abses, kista dermoid dan keloid (jaringan parut mengeras).

Writing

Pengalaman menulis Part 1

Menulis, kebiasaan ini sudah aku mulai dari sejak kecil. Sejak aku mengenal huruf dan angka, sejak aku bisa menggunakan pensil dengan baik, sejak aku berani merangkai huruf-huruf menjadi namaku. Sejak aku bisa merasakan dan peka terhadap lingkungan sekitarku. Sejak itu aku mulai rutin menulis. Apapun.

Bagiku menulis adalah anugrah terbesar Tuhan yang diberikan kepadaku. Menulis adalah caraku untuk mengungkapkan rasa, yang terkadang sangat susah untuk dilisankan. Dan aku pun mulai menulis.

Aku pertama kali menulis ketika aku merasakan apa yang dinamakan peka dan rasa. Semua itu aku tulis di sebuah buku diari. Kisah pertama yang aku tulis adalah kisah tiga hari melewati pesantren kilat SD-se gugus. Banyak cerita seru, unik dan menyedihkan yang aku alami pada tiga hari itu. Oleh karena itu aku menulisnya.

Pertama kali, aku menulis mengenai teman-teman baru ku dari berbagai SD dalam satu gugus di kecamatan kami. Aku ditempatkan pada kelas B, dan saat itu cuma sedikit teman satu sekolahan yang sekelas dengan aku. Jadi bener-bener menuai cerita tak terlupakan di kelas itu. Mulai dari ada teman terlucu, teraneh hingga seorang teman yang mungkin akan selalu aku ingat namanya, karena kini pun aku sudah lupa akan rupanya.

Dari kelas inilah, kelabilan ku muncul yang pada akhirnya menjadi boomerang bagiku. Perasaan suka lawan jenis itu mendera. Aku suka sama teman laki-lakiku dari SD tetangga. Dia sangat menarik menurutku, mulai dari senyumnya hingga gayanya bicara, seolah ditakdirkan untuk terus menatapnya, posisi duduk ku sangat strategis untuk dapat mengamati dia secara seksama. Dan tertulislah kisah cinta pertama ini di buku diary-ku. Ya, cinta sepihak lebih tepatnya. Tanpa aku tahu bagaimana perasaan nya terhadapku.

Cerita mengenai kelabilanku, yang telah tertarik kepada laki-laki saat masih berusia 10 tahun adalah kisah yang mengawali ku untuk menulis di buku diary. Hingga kejadian pahit itu menghentikan ku.

Di buku diary, aku menulis mengenai ketertarikan ku itu, semuanya, mulai dari mendeskripsikan fisiknya hingga mencari informasi lebih lanjt mengenai siapa dia dan bagaimana dia di sekolahnya. Aku mendapatkan informasi itu dari salah seorang temanku yang rumahnya berdekatan dengan rumah laki-laki yang aku suka itu, tentunya aku tidak bertanya langsung karena akan mengundag kecurigaan. Beribu taktik aku gunakan agar dapat mengorek informasi darinya tentang laiki-laki itu.

Dan berikut informasi yang aku dapat dan aku tulis kan di diary ku,

Dia itu anak pertama dari tiga bersaudara, satu-satunya laki-laki di keluarganya, di sekolah dia termasuk yang sering jadi juara kelas, saingannya di sekolah juga bernama sama dengannya, seorang perempuan, yang juga menaruh hati kepadanya. Tiap sore dia selalu naik motor dengan ayahnya ke salah satu pasar di desa seberang. Dan aku ingat banget plat nomor motor bapaknya itu 6173.

Aku tulis semuanya, perasaan labil ku menuntut ku bahwa aku ingin jadi pacarnya, sangat kekanak-kanakan banget. Namun karena itulah aku tidak bisa begitu saja melupakannya, apalagi sama peristiwa pahit yang mengiringi debutku dalam menulis seluruh isi hati ku tentang orang yang aku sayangi.

Tiga minggu menjelang ujian akhir sekolah, semuanya terbongkar. Teman-teman ku mengetahui semua rahasia yang ku muat di diary setelah selama ini ku pendam erat-erat. Mereka – teman laki-laki dan perempuan ku ketika SD- mengetahuinya dengan cara yang paling aku benci. Sangat aku benci. Mereka mencurinya.

Ketika bertandang main sepulang sekolah ke rumahku, mereka mengibuli ku, tanpa sepengetahuanku mereka mengobrak-abrik kamarku, dan menemukan sebuah buku biru tipis dengan satu pulpen hitam didalamnya. Itu diaryku. Mereka membacanya di belakangku. Mereka membawa buku itu ketika beranjak dari rumahku. Dan aku tidak tahu sama sekali.

Sorenya mereka mengajak ku main kembali di tempat kita biasa ngumpul dan curcol bareng. Tentunya aku sangat mau. Ketika aku ke tempat ngumpul bareng itu, aku cukup kaget, mereka semua-yang tadi ke rumahku-ada dan masih menggunakan seragam sekolah, benih curiga pun mulai mengentayangi pikiranku (Ada apa dengan mereka). Aku menanyakan kepada mereka kenapa sedari tadi belum pulang dan tidak berganti seragam sekolah dengan pakaian main. Tidak satu pun dari mereka menjawab. Mereka menatapku dalam, sambil senyam-senyum ga jelas dan ga karuan. Yang semakin membuatku curiga. Sangat curiga, karena ini di luar perlakuan biasa mereka terhadap ku.

Kecurigaan ku akhirnya terjawab ketika, salah seorang teman laki-laki ku itu, menunjukkan ke depan mataku sebuah buku biru. Ya.. itu buku diariku yang telah mereka curi. Sesaat, refleks aku langsung mencoba mengambilnya. Namun dia semakin mempermainkan ku, mengangaktnya tinggi-tinggi hingga aku pun tidak dapat menjangkaunya. Teman-teman yang lain semakin tertawa melihat ekspresi ku yang berupaya meraih bukuku, mereka kompak menjadikan aku bulan-bulanan mereka hari itu. Dia –teman laki2 yang memegang diaryku, yang kuyakini pula dia lah dalang yang berniat mencuri buku diaryku- terus berlari untuk melarikan diary, dia berlari sangat kencang dan cepat hingga aku pun tak sanggup mengejarnya. Dia lari sambil membacakan setiap kata yang aku tulis di buku itu, dia mempermalukanku. Bukan hanya dia, semuanya. Teman-temanku itu sungguh tidak berdaya pula untuk tidak memperolok-olok ku dengan ikut tertawa tanpa sedikit pun bergerak untuk membantuku mengambil kepunyaan ku. Diaryku. Hari semakin sore, dia dan mereka akhirnya berhenti mengolok-olok ku terhadap apa yang kutulis di diary ku. Mereka pulang, tanpa perasaan bersalah ataupun meminta maaf kepada ku. Dan dia, membawa diary itu bersamanya.

Aku tak bisa menahan tangis saat itu, aku menangis sejadi-jadinya. Teman-teman yang aku sayangi mengkhianatiku, seolah mereka memusuhiku hari itu. Aku pun mempertanyakan kepada diriku apakah mereka memang teman-teman ku. mereka jahat. Sungguh jahat. Mereka merampas hak privasiku. Tidak semuanya kan harus aku ceritakan kepada mereka?. Termasuk segala hal yang aku tulis di diary itu.

Menjelang larut malam pun aku semakin sedih. Pertama aku ingin menulis, namun diary ku dicuri oleh temanku sendiri. Aku ingin menuliskan semua kebejatan yang mereka lakukan hari ini kepada ku. Namun aku sungguh tidak sanggup. Kedua, aku memikirkan apa yang akan terjadi esok hari di sekolah, mereka tentunya akan semakin menjadikan aku bulan-bulanan karena diary ku itu. Dan itu benar, sungguh sangat membuat aku takut berangkat sekolah pagi itu.

Biasanya aku sudah sampai sekolah pukul 7 pagi, jarak sekolah ke rumah ku tergolong dekat, namun tidak untuk pagi itu, 7.15 pun aku masih di rumah, tidak sarapan dan tidak makan cemilan apapun. Perasaan gugup dan takut menjadi bahan olok-olokan menyelimuti pikiran ku. Sehingga langkahku kesekolah serasa di tahan oleh sebuah batu besar. Teriakan Ibuku akhirnya memaksa ku untuk tetap ke sekolah hari itu.

Sesampainya di sekolah semua yang aku prediksikan. Terjadi. Mereka semakin semangat mempermainkan hati dan perasaan ku, mentertawakanku, bahkan terkadang aku melihat ada juga yang menghinaku. Aku dibilang tidak pantas dengan apa yang aku tulis di diary.

Seharian aku di olok-olok, tanpa seseorang pun melakukan pembelaan terhadapku. Mataku bengkak ketika aku sampai dirumah. Di sekolah tidak satu pun aku menyimak pelajaran, perasaan ingin mengambil diaryku itu terus muncul. Walaupun aku yakin sangat susah. Karena diary itu ada di tangan dia, teman sekelas ku yang terkenal sangat jahil.

Hingga hari kelulusan pun, diary itu belum kembali ke tangan ku. Aku telah mencoba melupakan nya, seiring dengan mereka yang juga sudah lelah mengolok-olokan ku. Fokus sama ujian Nasional cukup membantuku untuk cepat mengalihkan perhatianku dari apa yang cukup memuakkan ku, aku tidak tahu buku diary itu entah dimana dan di apakan oleh dia. Dibakar, dosobek-sobek, aku tidak peduli. Yang aku tahu, peristiwa itu meninggalkan trauma tersendiri bagi ku dalam menulis dan bergaul dengan orang untuk menjalin pertemanan. Hingga tahun awal SMP, aku tidak pernah lagi menulis cerita-cerita yang aku alami sehari-hari, terutama di dalam diary. Tidak pernah. Perasaan takut akan pengkhianatan seorang teman mengukuhkan hatiku bahwa aku tidak usah lagi menuliskannya di diary. Cukup aku ingat dan kenang saja mozaik hidup yang pernah aku alami.



Kamis, 22 Juli 2010

Unpreditable Born: Love Come After

Unpreditable born: love come after

geli, ketawa-ketiwi, senyam-senyum........

itu yang kurasa dan alami setelah menerima telepon dari seseorang yang jauh dari tempat ku sekarang. Bermil-mil. Menyeberangi selat sunda. Dan rentetan pegunungan bukit barisan di sumatra. Seorang yang teramat aku sayang. Seorang yang kehadirannya tidak pernah terlintas di benakku tujuh tahun sebelumnya. huhu. Seorang yang mendatangkan kebahagian di keluargaku. Seorang yang membawa senyum di kala senang dan sedih. Seorang yang senantiasa aku jahili. Kedatangan-nya yang sempat membuat ku risih, syok en sempet rada frustasi, tapi.. sungguh. seorang itu sangat aku rindu. Tak sabar bertemu seorang itu.

Seorang yang lucu, berambut kriwil-kriwil-kribo-, berkulit sawo matang, bermata sipit, bertubuh sedang, suka akting, suka bikin konser sendiri, suka pula menggangguku, seorang itu Nurul, atau akrab disapa nyunyun. Dia adikku. Satu-satunya. Tersayang.

*******

Tidak pernah terbayangkan dan terpikirkan sedikit pun oleh pikiranku yang cemerlang ini akan kehadirannya ke dunia. Bagaimana tidak, dia begitu saja keluar dari rahim ibuku ketika aku sudah duduk di bangku kelas dua SMP (amazing bukan, yeah),, siapa pun mungkin tidak mempercayainya. Aku berjarak kurang lebih 12 tahun dengan adik kriboku itu, lo. Aku lahir tahun 1992, sedangkan dia baru muncul tahun 2004. Ahhh..... bodohnya lagi, ketika aku mengingat peristiwa sebelum kelahiran dia itu. Sungguh, aku benar-benar tidak peka terhadap lingkungan keluarga ku sendiri. Ibuku hamil aja aku ka ga tahu, dan parahnya ga ada yang kasih tahu. Sama sekali, baik itu ayah, kakak, abang, ataupun mak o ku.. semuanya seperti berencana memberikan kejutan spektakuler kepadaku. Dan sungguh teramat sungguh, aku TERKEJUT sekali. Perihal tidak mengetahui, karena kehamilan ibu aku itu terlihat biasa, perutnya tidak terlalu membesar, jadi estimasiku, mungkin Ibu lagi cacingan aja,, atau apapun itu, tidak pernah kepikiran Ibu sedang mengandung bayi, (masak masih hamil sih, kan udah 41 tahun, begitu aku membatin, disaat2 aku curiga dengan kebiasaan ibuku menjelang kelahiran si kribo itu).

Dan kecurigaan ku pun akhirnya pecah, dan membungkam,, seorang memberikan jawaban terhadapku. Seseorang yang kerap menjahiliku di sekolah. Bisa ku bilang, dia musuh ku. Ketika pulang sekolah (jaman SMP), dia nyamperin aku, memukul pundakku seperti biasa, dan selalu membuatku terkejut, tidak hanya karena pukulannya yang cukup menyiksa pundakku yang lemah, namun suaranya yang besar pun menyakiti rumah siput telinga ku, kencang dan keras, ‘selamat ya, loe bakalan punya adek,,,hehehehee’, dia berucap, penuh semangat, namun dengan nada yang cukup membuatku risih. Tapi apapun itu, aku berterima kasih sama musuh ku yang satu ini.

Setibanya di rumah, aku langsung mengamati perut Ibuku dengan seksama, seksama mungkin. Diam, tidak pernah aku berhasrat sedikit pun untuk bertanya langsung sama Ibuku, apakah dia hamil atau cacingan. Aku dikasih penjelasan lagi tentang kebenaran fakta itu oleh kakak sepupu ku. Ceritanya, malam itu aku nginap di rumahnya. Menjelang tidur, seperti biasa, bergurau, canda – tawa, namun di sela-sela gurauan, dia menyelamati ku. Sedikit menyentak pikiran dan relung hatiku, namun aku mengiyakan, dan berbalas terima kasih.

Hingga hari kelahiran itu pun datang, ayah tak pernah memberi tahuku, ataupun menyinggung perihal kehamilan ibuku. Dan aku pun tidak berniat bertanya perihal itu, semakin hari aku telah dapat menyimpulkan sendiri. Bahwasanya itu benar. Aku akan dipanggil kakak, oleh seseorang yang masih mengumpat di balik rahim Ibuku hingga 1 ramadhan tahun 2004 M.

19.55. bertepatan dengan 1 ramadhan 1425 H ba’da isya, dia yang tidak ku nanti itu muncul. Kehadirannya menyiksa Ibuku, secara di usia segitu masih harus melahirkan seorang bayi. Tahu ga, parah nya, seorang yang kini telah resmi jadi adikku ini request dua bidan untuk mengeluarkannya dari singsananya.Parah. aku ketawa sendiri klo ingat kejadian itu, dan tahu ga, setelah suara tangisan bayi itu menggema ke seantero rumah ku, baru lah ayahku bertutur dengan sangat lugu nya,’selamat ya,, udah jadi kakak’,,, Huh... aku Cuma bisa membuang nafas panjang, bukannya aku ga seneng lo, cuman. Uh,, frustasi abise,, kenapa ayah baru ngomong saat kelahiran ini,, bener-bener sok romantis nih si ayah ku,, kebangetan kejutannya...

*****

Satu tahun kelahiran sang adik luar biasa yang mengejutkan aku. Aku pun tersenyum. Dia sekarang sudah bisa menyapa aku,, ta-tah ta-tah,, geli aku melihatnya,, seorang bayi di depanku ini telah menghadirkan lengkungan sempurna di pipiku, walaupun aku sedih dia telah merampas prediketku sebagai anak bungsu. Namun tak apalah,, status anak tengah pun tidak akan mengubah takdir ku yang telah tertulis sejak kapan tahu..

Beranjak dua tahun, aku semakin menyayanginya. Dia membawa berkah di keluarga ku. Sejak ada adikku ini, ayah ga pernah marah pada tingkat oktaf tertinggi lagi,, paling paroan. Ibu juga begitu, tidak pernah terlihat begitu murung lagi, apalagi ketika keadaan sulit, dia tetap mempertahankan senyum di wajahnya yang sudah mulai menua. Aku pun begitu. Hari-hari terasa terisi penuh setelah kehadirannya. Menggendongnya, menyanyikannya, menyuapinya. Aku melakukan semua itu dengan senang. Hingga usianya pun kini telah beranjak tiga tahun, dia telah mampu berjalan sempurna, sedikit berlari dengan langkah cepat, dia mengejar ku. ‘Kak II’,, begitu dia memanggilku dengan suara cemprengnya.. hahha adikku itu suaranya cempreng,, namun dia tetep PD dan tidak mau ketinggalan sehari pun untuk membikin konser di ruang tamu keluarga, hingga meja tamu ku itu ambruk,, patah,, diinjak-injak plus di-jingkrak2-in sama si kribo itu...hahaha.

Tapi,.... tetep aja ga ada yang pernah marah sama dia. Kecuali aku..hahah. ayah selalu membela apapun yang dilakukannya, begitu pun Ibu, kakak tetua, abang, dan kakak tengah. ‘Payah’. Begitu aku bergumam, seharusnya aku yang digituin.. aku emang paling suka iri. Namun semenjak itu. Tidak lagi. Aku tidak iri lagi. Dia sudah kuterima dengan segala keterbukaan ku. Aku menyayanginya, begitu pun dia sangat menyayangiku. Aku ingat ketika aku dimarahi oleh ayah dengan kemarahan yang teramat snagat, dan dia menghampiriku- si kribo itu- menyuruhku berhenti menangis. Begitu pun, dia menghampiri ayah, menyuruhnya untuk tidak lagi memarahiku. Aku semakin menangis, air mataku semakin membasahi wajahku, pertama karena ayah memang sangat memarahiku kala itu, kedua, karena bocah kribo itu, bocah yang selalu aku jahili sampe dia nangis dan ngadu sama abangku, dia, bocah kribo, membelaku, ketika semua orang hanya diam. Sungguh, aku menyayangimu. Kribo ku, Nyunyun..