suara ujung pena

Kamis, 10 Februari 2011

1st time

23 Januari 2011

All about my ‘1st time’ in the 1st month this year

Pertama untukku dan tak kan terlupa........

Diriku terjerat cintamu dan ku tak ingin lepas....

Sountrack yang cukup apik untuk mewakili perasaaan saya hingga detik ini. perasaan ‘terjerat’ sejak 23 januari itu ‘1st time’.

Beruntung selama liburan tengah semester ini jadwal saya begitu longgar. Jadwal pulang kampung saya ganti jadi jadwal magabut untuk event2 apa pun yang ada di kampus ataupun luar kampus. Waktu satu bulan cukup lapang untuk dapat mengikuti banyak hal, pulang kampung needs more cost than stay here. Itu yang saya bilang sama ayah ibu saya setelah mengakhiri studi di semester ganjil tahun lalu, tanpa berbasa basi pun keduanya langsung meng-iyakan. Bukan persoalan pelik bagi saya untuk mendapatkan izin ini-itu terkait pulang atau tidak. Prinsip dalam keluarga saya memang simple ‘cukup tahu sama tahu’. Saya tahu ayah ibu saya, begitu pun sebaliknya.

Dengan ke-lapang-an plus ke-longgar-an waktu inilah berbagai opportunity dapat saya kecap tanpa pikir dua kali perihal jadwal kuliah, organisasi ataupun hal lainnya yang sama-sama menyita waktu. One of the opportunities really wake me up-born me again. Let me tell youJ

Sejak semester ganjil tahun lalu, bisa dibilang saya jadi bertambah akrab dengan teman se-ranah ini, sebut saja namanya Gege. Berbagai kesamaan membentuk hubungan pertemanan kami. Diantaranya; sama-sama mahasiswi asal Sumatra barat, sama-sama masuk FKM UI lewat jalur PPKB, sama-sama prefer peminatan Manajemen RS, dan sama-sama tidak pulkam liburan semester awal tahun ini. Kesamaan terakhirlah yang paling nikmat bagi saya, karena dari sinilah datang opportunity itu.

Awalnya, alasan saya menerima tawaran Gege hanya untuk mengisi jadwal yang kosong. Meskipun tanpa diinfokannya pun saya juga sudah tahu perihal itu, dan saya memang bermaksud untuk menghadirinya. Mesti dengan alasan yang sama-mengisi waktu yang banyak luangnya. Janji pun kami buat, jam ½ 9 harus sudah bertemu di bawah jembatan penyembrangan di depan Detos pada hari itu.

Dengan itikad baik agar waktu luang tak terbuang percuma, janji itupun berusaha saya tepati. Jam 8 teng-tong saya tempuh perjalanan darat dari kukusan menuju Detos, tentunya dengan berjalan kaki. Mumpung pagi Minggu, berjalan mungkin pilihan yang lebih baik dibanding naik ojek-coz it’s no cost beib. Sesuai kesepakatan pun saya sudah berada di bawah jembatan Penyembrangan pukul ½ 9 am. Dan Gege pun telah menepati janjinya.

Sekiranya kurang dari lima menit saya dan gege telah sampai di tempat yang kita tuju. Sebuah toko buku terbesar di kota kami. Setibanya di sana, kami mendapati bahwasanya toko buku itu belum bisa dikunjungi, sedianya sebuah papan bertuliskan CLOSE masih bergantung setia di depan pintu masuknya. Tampak pula para pegawai toko berseragam kaos hitam dipadu celana dasar cream masih sibuk berseliweran keluar masuk. Bergegas. Merpersiapkan sesuatu.

15 menit pun berlalu. Dan kami pun sekarang sudah dipersilakan memasuki toko buku itu. Tempat akan digelarnya sesuatu 1st time itu. Menempati deretan bangku-bangku yang masih kosong sesegera mungkin adalah hal pertama yang saya dan Gege lakukan ketika sudah berada di dalam ruangan itu. Dengan hemat waktu, bermuncullah lengkungan2 sempurna itu di masing-masing wajah kami seketika. Bahagia tanpa jelas apa sebabnya. Karena tanpa kami sadari ruangan pun menjadi semakin rame dengan orang yang berpakaian sama-kostum seragam. Bagian punggung kaos mereka ada tuliskan ’man shabara zhafira’. Bisa kami pastikan meraka adalah tim penyusunan buku itu. Sebuah buku yang akan di-launching hari ini. sebuah buku yang akan dikupas selapis pagi ini. sebuah buku yang akan ditanda tangani langsung oleh penulisnya bagi kami. Dan inilah sesuatu itu” book launch & signing Ranah3Warna by A.Fuadi.

Terdengar simple bahkan sepele bagi sebagian orang, tapi tentunya tidak bagi saya. Tidak ada yang lebih berkesan bagi saya di awal tahun 2011 ini selain peristiwa book launch & signing Novel Ranah3Warna karya A.Fuadi. begitu terkesan sehingga saya bermaksud pula menuliskan kejadiannya seketika itu dalam blog pribadi saya. Sungguh ada yang memikat saya untuk hal ini.

Nama A.Fuadi pun sayup2 redup di benak saya. Antara tahu dan pernah denger. Bahkan novel perdana trilogi negeri5menara itu pun belum pernah saya baca. Dan sekarang saya bersama Gege dan penggemar A.Fuadi lainnya hadir dalam launching & Signing Book Novel ke-2 dari trilogi tersebut yang berjudul Ranah3Warna. Cukup aneh bukan, tidak mengerti apa-apa namun ikut bersorak dan bertepuk tangan ceria menyambut kehadiran sang Penulis. namun kalo menelisik tujuan awal saya yaitunya hanya untuk menghabiskan waktu luang maka kejadian ini cukup normal terjadi. Lalu kenapa bisa jadi begitu spesial dikemudian?

Man Jadda Wa Jada...

Man Shabara Zhafira...

Dua kalimat singkat padat itu bergema di langit-langit toko buku ketika sang Penulis beraksi menggugah semangat pagi para pembaca dengan bertanya perihal mantra-mantra dalam buku pertama dan ke dua yang akan di launching hari itu kepada semua penggemar yang memenuhi ruangan.

Dengan semangat 45 turut aku teriak kan kedua penggal kalimat yang disebut mantra itu. Tidak jelas dari mana datang semangat itu. Seperti Gege dan penggemar lain yang telah membaca Novel Negeri5Menara aku bertepuk tangan dan bersorak-sorai riang gembira dengan hal itu.

Ada satu hal yang kurasa ketika melantunkan ke dua mantra ini. mantra pertama man jadda wa jada, sudah lama saya ketahui jauh sebelum hari ini. karena itulah, melantunkannya kembali seolah melemparkan saya ke beberapa tahun yang lalu, ketika Guru ngaji-saya juga sering mengucapkan kalimat itu setelah waktu belajar ngaji usai. Begitu setiap harinya beliau berpesan diakhir dengan maksud kami akan mengulang bacaan al-Quran sepulang dari rumah beliau agar lidah kami semakin lentur dalam melagukan ayat-ayat suci tersebut untuk dipraktekkan kesokkan harinya lagi. Tapi sayang, saya tidak memahaminya ketika itu. Penggalan kalimat berupa nasihat itu hanya menguap bersama kabut petang. Tak saya amalkan, hanya singgah di telinga dan kemudian menguap pergi.

Patut saya sesali, karena lantaran itu saya memang tidak dihargai apa-apa pada Khatam Al-Quran tahun itu, saya tidak berbuat apa-apa untuk itu.

Berbeda halnya ketika saya mendengar mantra kedua itu ‘man shabara zhafira-siapa yang sabar akan beruntung’. Itu benar-benar baru bagi saya. Walaupun dalam versi Indonesia pernah pula dituturkan oleh Kepala Sekolah saya waktu SD: ‘Sabar adalah kendaraan yang siap mengantarkanmu ke tempat yang kau tuju’. Ketika penggal kalimat ini semuanya terurai dalam sebuah Novel yang terinspirasi dari kisah nyata. It’s really amazing for me. Dan mungkin disinilah daya pikatnya itu.

Pada kesempatan inilah saya dapat langsung membeli first copied dari sebuah novel yang dinantikan banyak orang. Not only first copied but also signing book by the writer. It’s trully my first time, hadir dalam launching sebuah buku sekaligus bisa berjumpa dengan penulisnya dan dapat tanda tangannya langsung. Pada novel yang saya beli, saya pun meminta A.Fuadi membubuhkan kata-kata ‘semangat jadi penulis’ di bawah tanda tangannya. Menurut saya, itulah hal terbesar yang langsung terbersit dalam pikiran saya setelah menikmati launc buku tersebut. Saya juga punya impian untuk bisa jadi Penulis. Seperti halnya A.Fuadi, saya juga ingin berbagi dengan kisah hidup saya. Saya yakin sebuah kisah nyata mengenai pengalaman hidup untuk bertahan hidup dari seorang perempuan pasti akan jauh lebih menarik. Tapi tentunya itu tidak mudah. Berpijak pada yang diucapkan oleh A.Fuadi pula ‘saya wajib membela mimpi-mimpi saya. Karena tidak seorang pun yang akan mau memperjuangkan mimpi yang saya usung kecuali diri saya sendiri.






Satu hikmah yang saya petik setelah acara launch ini usai. ‘jangan pernah ragu-ragu dengan apa yang kamu impikan- sekalipun mimpi kamu itu mustahil bagi orang lain-bela mimpimu dan yakini itu mungkin- temani dengan kerja keras dan semangat extra miles- it’ll happend in tomorrow’

Terima kasih Gege atas ajakanmu, terimakasih A.Fuadi atas novelnya yang baik sekali. sarat makna kehidupan. Tekad. Kerja keras. Tabah. Ikhlas. Pantang Menyerah. Dan pada akhirnya itu semua dikembalikan kepada Allah swt. satu kalimat motivasi yang paling saya sukai dari novel ranah3warna adalah ‘berusaha diatas rata-rata orang kebanyakan-extra miles to get extra thing-make ur self great.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar