Pembukaan dibuka ange dengan hangat, menanyakan kesedian bapak Suyud untuk menjadi Dosen Pembimbing dalam PKM GT tahun ini. Anggukan kecil. Penuh makna. Senyum itu pun sempurna melengkung di wajahku. Puas. Berlanjut bapaknya meminta penjelasan singkat mengenai apa yang harus dia lakukan untuk kami dalam kesempatannya yang singkat berhubung 14 Juli dia harus berangkat umroh ke tanah suci. Ange kembali berkoar dengan cerdasnya dan sikap yang bijak.
“begini pak, kita itu sedang dalam proyek penulisan karya tulis ilmiah. Ini dilombakan di tingkat OIM UI, dan masing-masing fakultas pun telah memfasilitasi dengan ajang yang bernama Science fest. Disini kami meminta bapak menjadi dosen pembimbing kami untuk memberikan saran dan kritik terhadap karya tulis yang kami buat. O ya pak, ajang lomba karya tulis ini bernama Program kreativitas mahasiswa (PKM) Gagasan tertulis. Di sini kami hanya menuangkan gagasan pak, implementasinya itu masalah nanti.”
Aku yang hanya diam dan memperhatikan laptopku untuk membuka referensi yang ada. Sesekali ku amati dengan seksama wajah bapak itu mendengarkan penjelasan Ange.
“nanti, tulisannya akan disampaikan oleh Lili, ketua kelompok kami pak.”, Ange bertutur sambil menatapku, begitupun bapak itu melihat ku sesaat sambil tetap fokus pada apa yang baru saja dia dengarkan. Sungguh pemberitahuan itu, menciutkan nyaliku sesaat.’Apa yang akan aku ungkapkan nanti, apakah akan dapat sempurna? Sesuai dengan gagasan terbaik yang terlintas dipikiran ku beberapa waktu lalu?Apakah bahan bacaan mengenai apa yang aku gagas telah cukup sempurna? Apakah masalah yang ku angkat kemudian aku cari gagasannya adalah suatu yang masuk akal? Apakah..Apakah..Apakah..?
“sebenarnya kami disini dalam satu timnya bertiga pak, satunya lagi Sekar, lagi berhalangan untuk dapat hadir kali ini.” pernyataan demi pernyataan keluar dengan lincahnya dari mulut Ange.
“jadi kalian ini dalam satu tim?” pertanyaan singkat. Bapak itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi sedikit tertegun menunduk.
“Iya, pak”, aku pun ikut menjawab.
Mata bapak itu sayu dan berkedip lembut, perlahan dan ku nyatakan lagi menyiratkan seribu makna. Gurat wajahnya yang tua namun tegas, mengukir satu cerita sendiri bagiku. Dia ini bertutur pelan dalam setiap kata-nya. Namun itu bukan menunjukkan kelemahannya. Itu cara dia menegaskan ‘inilah’ dia. Sejenak aku bepikir bapak Suyud ini adalah sosok yang sederhana namun menyimpan segudang ide luarbiasa terutama untuk bidang kajiannya, seperti dosen pembimbing PKM GT yang pertama, masih dalam satu tim dengan Ange, dia yang mengajakku. Dan dia lah ketuanya saat itu. Ibu kasiyah yunus nama dosen pembimbing pertama kami. Juga sosok yang sederhana ditengah posisi yang disandangnya sebagai Manager Umum kesejahteraan Mahasiswa UI sekaligus Dosen fasilkom UI. Ibu yang juga ketika berkata, suaranya pelan namun tegas. Jika pada ibu kasiyah Yunus kutemukan sosok keibuan yang sejati, maka dapat kubilang pada Pak suyud aku menemukan sosok kebapakkan yang sejati pula. Dua-duanya memiliki mata yang teduh, yang biasanya melekat pada orang-orang yang senantiasa dalam sabar.
“saya senang memberikan bimbingan, saya harap keinginan menuaikan gagasan dalam tulisan bukan hanya karena ada lomba, kapan pun kalian bisa menunjukkan gagasan yang kalian miliki dalam berbagai kesempatan, saya bersedia kapanpun kalian butuhkan, saya malah senang dengan adanya mahasiswa aktif seperti kalian.” Akhirnya bapak itu memulai pembicaraan yang kayaknya kan berlanjut panjang.
“ saya juga punya gagasan”, Bapak itu bertutur pelan lagi dengan sedikit memutar kepalanya kearah jendela.
Dan cerita bapak itu mengenai gagasannya bergulir indah ditengah umpan-balik secara spontan oleh ange, dan ekspresi wajahku terhadap setiap akhir kalimatnya. Tersenyum. Kagum. Mengiyakan. Dan sedikit-sedikit ikut menambahkan penegasan atas kalimat yang dibentuknya. Idenya cukup sederhana yang diambil berdasarkan pada permasalahan yang mendera bangsa ini dari masa ke masa. Arah cerita pun merangkak, dia menegaskan bagaimana dampak dan manfaat dari berjalannya gagasan ini nantinya, walupun di akhir dia bilang program ini sudah berjalan. Aku terpesona. Dari pikiran sosok lelaki tua ini, masih tersimpan ide luar biasa. Bagaimana dengan ku? Otak dan pikiran muda yang masih fresh seHARUSnya mampu melahirkan ide-ide BOMBASTIS lain-sebagainya. Berpikir ulang mengenai ide yang akan kusampaikan beberapa saat lagi. Menunggu. Pak suyud masih dengan gagasan-gagasan briliannya. Semua itu tercatat rapi di note Ange. Aku tidak mencatat. Aku masih memegang erat tiga lembar kertas yang merupakan Bab pendahuluan yang semalaman ku kerjakan. Tanganku sedikit bergetar, kulepaskan. Kubiarkan tangan ku rileks santai mengalir menyimak gagasan-gagasan Sang Dosen Pembimbing. Antusiasme ange menyimak dan mengumpan balik cukup membuat ku takjub, kedekatan dalam obrolan membaurkan dua gagasan. Aku berada di sisi yang lain.
[will be continued in part 3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar