suara ujung pena

Senin, 05 Juli 2010

New status in Incredible day

Sudah lama aku ingin menuliskan cerita ku ini, jauh sebelum laptop ini jatuh ketanganku, jauh sebelum blog ini dipublish. Cukup jauh waktunya dari sekarang. Namun tidak akan pernah akan kulupakan satu hari itu. Sungguh bermakna. Take a look it the story!

Rabu, 1 Juli 2009@ UI
Pagi itu suram, cukup mengkhawatirkan cuaca disiang hari-nya. Namun, semangat untuk mandapatkan status baru itu, sungguh luar biasa. cuaca seperti apa pun bukan kendala. terlebih harapan satunya lagi muncul. berjumpa. Jam setengah lima subuh itu, aku bangun. alunan azan begitu merdu terdengar di telinga ku. aku beranjak ke kamar mandi, mengambil wudhu. Sembahyang. mandi. berpakaian. Rapi. Memastikan berkas-berkas lengkap ada di tas, aku pun melangkah keluar kamar. tak lupa berpamitan sama kakak kelasku.
melewati lorong asrama yang masih gelap. pintu-pintu kamar yang masih tertutup rapat.membulatkan tekad ku bahwa akulah orang paling siap untuk menyandang status baru itu. menaiki tangga. melewati lorong lagi yang di sisi kirinya adalah ruangan mushala pria. terlewati. cahaya. itu yang tampak setelah kepala ku keluar dari tirai berwarna hijau yang menjadi hijjab pemisah mushala pria itu dengan asrama putri di belakangnya. sedikit lagi lorong itu bakalan habis. tangga terakhir. Tibalah aku di ruangan besar. Unpredictable. Kata-kata 'paling siap' tersebut harus kutarik kembali. buktinya di ruangan besar itu sudah banyak sekali orang-orang. menyantap berbagai jenis sarapn dihapan masing-masing mereka. Tak mau lebih ketinggalan lagi, aku bersegara menuju salah satu stand tempat aku belabuh menemukan macam-macam jenis lauk yang mampu mengganjal perut ku pagi ini. Ini akan jadi hari berat. begitu pikir ku. piring ku ambil, mulai mengmbil beberapa sendok nasi, menambahkan omelet dan sayur bayam diatas nya. sederhana saja. namun sungguh tidak terduga perasaan berada di antara semua yang ada di ruangan besar itu. mereka pun akan mendapatkan status baru. Fun.

Satu santap. dua. tiga. Hingga piring itu akhirnya kosong. Ada sepenggal cerita menarik diantara santapan ku pagi itu. Seseorang menegurku disela aku sedang meneguk segelas air putih. tersendak. mataku melotot ke arah sumber suara. di depan ku. "Hei, asalnya dari mana?" begitu suara itu menyapaku. sedikit gugup. Sapaan pertama dari orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya. seorang lelaki pula. Sebenarnya sebelum aku beranjak ke deretan meja makan yang memenuhi ruangan besar itu. aku sudah berpapasan dengannya di salah satu tangga di dekat konter UI Gallery. Namun siapa sangka, ternyata sekarang kita sarapan pada meja makan yang sama. "Aku dari sumatra barat", begitu jawabku singkat. dengan singkat pula dia membalas."o, aku dari Jawa....", sometext missing, penggalan kata terakhir yang seharusnya menjadi informasi penting pagi itu malah terdengar sayup-sayup di telingaku. emang sangat disayangkan. mau bagaimana lagi, toh ketika dia menyampaikan daerah asalnya tiba-tiba saja dari sisi kirinya muncul seorang bapak-bapak yang hendak memastikan dia telah selesai sarapan dan siap berangkat. Ya, dia telah selesai dengan sarapannya pagi itu, ditutup dengan seteguk tes panas. Itu yang kulihat di depannya. aku kira dia akan langsung beranjak ternyata tidak. hingga sarapanku pun selesai dia masih ditempat, mengobrol dengan bapak-bapak tadi. Aku menatap obrolan mereka pada tegukan ku yang terakhir. aku akan beranjak meninggalka meja itu. namun perasaan sungkan menderaku sesaat.'masak pergi gitu aja sih, dia udah nyapa duluan pula, setidaknya pamit, itu lebih hormat', pikiran dan hatiku berucap hingga garpu dan sendok itu tertelungkup sempurna di badan piring makan itu. 'tidak usah, dia sepertinya sedang menikmati obrolannya dengan bapak-bapak itu, jika aku menyelip cuma untuk mengatakan'duluan ya,',,sungguh suatu yang mubazir, siapa aku', debat hati dan pikiran itu bergulir terus. hingga Putusan terakhir pun ku buat, berdiri. memutar posisi ke arah belakang. Pergi. tidak ada kata pamit sedikit pun terlontar dari mulut ku pagi itu. sungguh. bukan bermaksud untuk sombong ataupun apapun itu. namun inilah aku. sulit bagiku untuk sok akrab dengan orang yang baru aku kenal. salah. belum aku kenal. dia cuma menyapa dan menyakan asal daerah ku cuma basa-basi untuk sekedar menghangatkan suasana yang memang cukup dingin pagi itu. dia tidak menanyakan namaku, aku pun tidak mengetahui dimana dia berasal. aku menjawab. dia balas. dan perkenalan itu terhenti. itu sangat jelas hanya BAsa-Basi. Bukan hal yang perlu ku pusingkan pagi itu. Ini langkah untuk kehidupan baru. Pikiranku harus positif hari ini.
Melewati lobby asrama, melintasi taman bunga, ku lihat orang-orang semakin banyak. keluar dari berbagai penjuru. mamakai pakaian terbaik mereka untuk menyambut status baru. Ada yang memekai kemeja putih berdasi dengan jelana dasar hitam bening, tatanan rambut yang disisir rapi. kacamata. map hitam. sungguh itu penampilan luar biasa yang ku lihat pagi itu. Alay bin Lebay menurut ku.hehe. beralih kedandanan yang lain, ada yang dandanan bak celebrity, biasa-biasa aja, bahkan sampai yang ga peduli sama sekali ama penampilannya. Whatever lah, Itu memang salah satu cara untuk mengekspresikan jiwa, status baru kan cuma datang sekali, kalau pun ada yang datang untuk yang kedua atau ketiga kali nya, bisa saya pastikan: pasti beda sensasinya..hehehe
Setibanya di halte bis asrama. kedua alisku bersatu, mataku mengecil. menelan ludah. lebih dari kurang lebih 70 orang ada di sana, dengan berbagai ekspresi, ada yang berkesempatan duduk (bisa dipastikan ini yang datangnya paling pagi), dan banyak yang bertumpahan berdiri dengan beragam posisi. berdiri tegap, santai dengan tangan dikantong kanan, kelapa terangkat mengamati sopir bis yang hendak menjalankan kemudi, sampai ada yang kembali memastikan segala persyaratan yang dibutuhkan untuk mendapatkan status baru itu secara teliti, membongkar tasnya ditengah keramaian. itu bagian dari cara mengisi waktu luang. Bagaimana dengan ku? Aku mengambil posisi berdiri setengah santai dengan mengedepankan posisi tas sandang belakangku, tidak bermaksud untuk memeriksa kembali berkas-berkas yang kubawa hari ini.Aku yakin semua telah lengkap. hampir setiap tiga jam sekali aku memeriksanya.hehe*sedikit lebay. aku hanya mengambil sikap waspada. bang napi kan acap bilang 'kejahatan itu bukan hanya karena ada niat, tapi justru karena ada kesempatan'. di kerumunan orang pagi ini jelas ada celah untuk seseorang yang terganggu pikirannya untuk melakukan kejahatan itu. pagi itu pasti setiap orang mempersiapkan banyak uang dikantongnya untuk keberlangsungan kegiatan seharian itu. jadi waspada itu penting. berlaku dimana pun, dalam kondisi apapun.
disamping ku tengah berdiri gadis berpostur tinggi (kira-kira 7 cm diatas ku), rambut pendek yang diikat tinggal dengan jepitan merah muda, matching dengan kemeja kotak-kotak yang dikenakannya, merah muda. poninya disisir ketepi, menyiratkan bahwa dia tidak ingin melewatkan every single moment hari itu. Wajahnya terlihat lebih terang, pipinya sedikit merah dengan bintik-bintik jerawat yang sedikit mengisi parut wajahnya yang tegas, matanya sedikit sayu dengan bibir yang kecut kedepan, 'pasti dia sudah menunggu sedari tadi, pasti sedikit kesel tu,' hatiku bertutur. melirik ku ke bagian tungkai bawah tubuhnya, kutemukan dia mengenakan jeans biru tua model terbaru, kesan ku bahwa dia adalah gadis terapi pagi ini sempurna sudah ketika kutemukan pula di mengenakan sepatu kets hitam bening dengan pita kecil sebagai aksesorinya. Kulihat pakaian ku, hhh, *menghela nafas, 'tidak kalah rapi kok', batinku membela, aku juga pake baju berkerah, cuma sayangnya aja aku melengkapinya dengan cardigan coklat diluarannya, yah,, itu kan semata karena kemejaku itu berlengan pendek dan aku kan seorang pemake jilbab. yo wes...

Waktu bergulir cepat, keadaan menunggu justru menjadikan waktu terasa berjalan lambat. Kaki kesemutan, mata mulai berair sedari tadi tidak berkedip memperhatikan hilir mudik pengemudi bikun yang tidak kunjung memfungsikan bikun pagi itu. orang-orang semakin bertambah, bisa kuprediksi harus dikerahkan setidaknya untuk dapat membawa kami semua. 'ayo dong pak bikun' begitu hati ku merintih dalam tatapanku yang mulai sayup. kulihat jam di handphoneku. 06.55. registrasinya akan dimulai satu jam lima menit lagi, ditempat aku memejamkan mata berharap hari ini benar-benar lancar. lima menit kemudian pun berjalan. 07.oo.tiiiiiiiiiiiiit, suara sirine bikun mulai berkoar-koar, sang sopir terlihat tersenym simpul ke arah kami (segerombolan orang-orang banyak itu), kuartikan sendiri maknanya, 'seneng sekarang kalian hehehe,, hari kalian bergantung dari kemudiku pagi ini hehehe'. tertawa sendiri memikirkan imaginasiku pagi itu,
oh..oh..oh sedikit panik, lupa kalo aku masih di Indonesia, dunia rebut-rebutan, desak-desakan sangat membudaya, bahkan dikalangan terpelajar. tubuhku terhempas sedikit kedepan ketika aku menyadari bahwa seseorang telah mendorongku untuk buru-buru beranjak dari posisi awal ku, "ouchh".. begtuku menjerit. "kemana harus terlalu terburu-buru, bikun yang akan beroperasikan ada 16 armada, jika semua berbondong menuju satu bikun, pasti kegaduhan lah yang akan terjadi", hatiku memberontak terus. dan aku mengiyakan setiap butir kata hatiku ku, aku tidak bergerak maju, kuputar posisi badan ku kebelakang, kemudian bergerak kencang ke arah bikun satunya lagi. aku sudah melihat sopir diatas sana pun telah siap untuk berangkat. langkah ku pun disusul oleh teman-teman yang lain yang tidak kebagian ruang kosong untuk berdiri pada bikun pertama tadi. ternyata tanpa kuduga teman yang kuselidiki gaya berpakaiannya itu juga mengikuti langkah ku.

1 komentar:

  1. harus dilanjutkan ya li? kalo perlu diperbaiki susunan katanya biar ga garing dan nge-boring!!!

    BalasHapus